Mengungkap Rahasia Dikabulkannya Do’a



Do’a adalah senjata dan perisai bagi kaum mukminin. Bentengnya adalah do’a dan senjatanya adalah tangisan. Dalam ajaran Islam do’a menempati posisi sangat penting. Tidak hanya digunakan untuk meminta kebutuhan hidup semata, melainkan sebagai sarana berinteraksi dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan juga sarana beribadah. 

Do’a merupakan bentuk dari penghambaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bukti bahwa kita begitu lemah tanpa pertolongan Allah. Karena itu orang yang tidak pernah berdo’a dan meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala termasuk dari kategori orang yang sombong.

“Do’a adalah senjata orang mukmin, tiang bagi agama dan cahaya dari langit,” demikian kutip hadis yang diriwayat Hakim.

Do’a merupakan bentuk mashdar dari kata Da’a–Yad’u yang bermakna memanggil atau mengundang. Kata ini juga memiliki beberapa variasi mashdar, diantaranya: da’wan, da’wah, dan da’wa.

Secara etimologis, do’a dapat bermakna memohon, minta diambilkan (sesuatu), membutuhkan, menuturkan kebaikan mayat, minta tolong, menyukai, mencari kebaikan, menisbatkan (kepada orang lain), mengajak dan mendorong (untuk melakukan sesuatu).

Namun defenisi kalangan ahli ushul dan fiqh, do’a adalah tuntutan perbuatan (baca: perintah) dari derajat yang rendah kepada derajat yang lebih tinggi. Karena itu, do’a adalah salah satu bentuk dari permintaan.

Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam telah memiliki aturan untuk seluruh kehidupan manusia. Anda akan dengan mudah menemukan bagaimana agama ini menuntun hambanya menuju kehidupan lebih baik sejak dahulu hingga di masa yang akan datang untuk seluruh umatnya bahkan sejak seseorang berada dalam kandungan.

Seorang perempuan muslimah yang sedang mengandung pasti melakukan banyak cara agar sang jabang bayi dapat lahir dengan selamat dan menjadi calon individu yang baik, mulai dari senam hingga melakukan beragai terapi kesehatan. Apapun usaha yang telah dilakukan, seorang calon ibu muslimah seharusnya tidak lupa menyisipkan do’a dalam setiap usaha yang dilakukan. 

Membaca do’a bagi ibu hamil menurut Islam merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan untuk dilakukan agar segala upaya yang dilakukan oleh ibu hamil mendapat izin dari Allah subhanahu wa ta’ala. 

Seorang ulama terkenal Al Imam Al Faqih Abu Al Lais didatangi oleh satu kumpulan pemuda yang ingin menanyakan tentang do’a mereka. Setelah berkali-kali mereka berdo’a, tetapi tidak pernah dimakbulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka mempertikaikan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkenan Allah terhadap do’a mereka. 

Di antara ayat-ayat tersebut, firman Allah subhanahu wa ta’ala yang bermaksud, “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Mereka menyatakan, apakah ayat Al-Qur’an keliru sehingga do’a-do’anya tidak dikabulkan Allah? Al Imam Al Faqih menjawab, Al-Qur’an tidak pernah keliru, namun yang berdo’a lah yang tidak pernah mencari tahu tentang kesalahannya yang ujungnya membuat do’anya tertolak.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan mudahnya do’a untuk dikabulkan:

1. Makan yang halal, jauhi yang haram.

Rasulullah Muhammas shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hai Sa’ad (bin Abu Waqqash), makanlah makanan yang baik-baik, niscaya engkau menjadi orang yang do’anya dikabulkan.”

Rasulullah mengisahkan seseorang yang rambutnya acak-acakan dan berdebu lalu menengadahkan tangannya ke langit untuk berdo’a, “Ya Rabi, ya Rabi. Padahal, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan keluarganya diberi makan dari sumber yang haram. Bagaimana do’anya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad)

Semakin banyak masuk makanan haram ke tubuh kita —termasuk dari hasil riba (bunga)– maka semakin kecil do’a kita akan diterima.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih layak membakarnya.” (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah pernah menjelaskan tentang dosa-dosa riba. Dan yang paling ringan adalah seperti bersetubuh dengan ibu sendiri.

“Riba itu memiliki tujuh puluh pintu dan yang paling ringan adalah seperti seseorang yang bersetubuh dengan ibunya sendiri.” (Riwayat Ibnu Majah). 

2. Berprasangka baik pada Allah.

Berdo’a itu meminta segala sesuatu di hadapan Allah yang Maha Agung. Maka jangan pernah sesekali buruk sangka terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Berbaik sangkalah apabila berdo’a kepadaNya, jangan ada keraguan terhadapNya.

Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, “Aku akan mengikuti persangkaan hambaKu kepadaKu. Dan Aku selalu menyertainya apabila ia berdo’a kepadaKu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dengan adab yang baik.

Menghadap Allah subhanahu wa ta’ala harus dengan penuh harapan, perasaan rendah hati dan khusu’. Mulakanlah memuji Allah subhanahu wa ta’ala atau shalawat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai malaikat yang mewakiliNya bagi barangsiapa yang berdo’a dengan berkata, “Yaa arhamarraahimiin. Maka siapa saja yang menyebutnya 3 kali, maka menjawablah malaikat itu: ‘Sesungguhnya Allah arhamarraahimiin telah (berkenan) mengabulkan permohonanmu. Maka mintalah kepadaNya.’” (HR. Hakim)

Telah diterima dari Abu Musa Asy-ari bahwa ketika orang-orang mendo’a dengan suara keras beliau bersabda; “Hai manusia! Berdo’alah dengan suara perlahan, karena kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang jauh. yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu memohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraannya! Hai Abdullah bin Qais! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? Yaitu: ‘Laa haula walaa Quwwata illaabillaah’.”

4. Keberadaan do’a tidak keluar dari yang disyariatkan.

Sesungguhnya pada do’a yang keluar dari yang disyariatkan itu ada pelanggaran atau padanya ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Berdo’a kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala maka keberadaan pada do’a itu mengandung kesyirikan seperti meminta pertolongan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.

5. Seorang yang berdo’a harus mengikhlaskan (ditujukan) hanya kepada Allah azza wa jalla di dalam do’anya, mengikhlaskan niat karena Allah, mengikhlaskan aqidah (keyakinan) kepada Allah maka keberadaan orang yang berdo’a harus mengikhlaskan do’anya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Misalnya: “Do’a seorang Muslim untuk saudaranya (sesama muslim) dari tempat yang jauh (tanpa diketahuinya) akan dikabulkan.” (HR. Muslim)

6. Do’a para pemimpin yang adil, anak yatim dan orang teraniaya.

Di antara do’a yang tidak akan ditolak Allah subhanahu wa ta’ala adalah: “Orang yang berpuasa, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya.” (HR. Tirmidzi)

7. Mengerti kunci waktu dan tempat dikabulkannya do’a.

Ada saat-saat yang tepat dan suasana utama do’a mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti pada hari Arafah, pada bulan Ramadhan, pada hari Jum’at, sepertiga terakhir dari malam hari (saat shalat Tahajjud), waktu sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan deras, antara adzan dan iqamat, saat mulai pertempuran, ketika dalam ketakuatan atau sedang beriba hati, do’a orang yang sakit, do’a dalam perjalanan dan do’a-do’a di tempat khusus. Misalnya: di Hijir Ismail, antara Sofa dan Marwah, di belakang Maqam Ibrahim, di Raudah.

Imam Muslim meriwayatkan dari dari Jabir ia berkata, Saya mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah azza wa jalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.”

Di antara tempat-tempat ustajab untuk berdo’a, adalah: Di Multazam. Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

“Multazam adalah tempat dikabulkannya do’a. Tidak ada satu pun do’a seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tempat antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.” (HR. Muslim).

Raudah adalah sebuah tempat yang merupakan bagian dari Masjid Nabawi. Tempat ini disebut dengan Ar Raudhah. Ar Raudhah adalah ruang di antara mimbar dan makam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

8. Memperhatikan waktu mustajab dalam berdo’a.

Seperti saat bulan Ramadhan, antara adzan dan iqomah, sepertiga malam terakhir, di saat hujan, ketika puasa menjelang waktu berbuka.

“Do’a tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun.” (HR. Al Hakim)

“Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdo’a.” (HR. Muslim)

“Allah subhanahu wa ta’ala turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdo’a kepadaKu, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni.’” (HR. Muslim)

9. Menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan.

Seperti dalam sebuah hadist, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Pemalu lagi Maha Pemurah terhadap seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya (berdo’a), kemudian kedua tangannya kembali dengan kosong dan kehampaan (tidak dikabulkan).”

10. Berdo’a dengan suara lirih, khusyu’, dan rendah diri.

Seperti yang tertera dalah surah Al-A’raaf: 55 berikut, “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raaf: 55)

11. Berprasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yakin bahwa do’a kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

“Berdo’alah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai, dan lengah (dengan do’anya).” (HR. Tirmidzi)

12. Tidak tergesa-gesa dalam pengharapan terkabulnya do’a.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan diijabahi do’a kalian, jika tidak tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdo’a, maka atau kenapa tidak diijabahi?” (Imam Bukhari).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Akan dikabulkan (do’a) seseorang di antara kalian selama dia tidak tergesa-gesa, yaitu dia berkata aku telah berdo’a namun belum dikabulkan bagiku”

13. Mulailah do’a dengan memuji Allah dan mengakhirinya dengan shalawat kepada Nabi Muhammad.

Comments

Popular posts from this blog

OLAHRAGA SAAT HAMIL

17 Pertanyaan Seputar Perkembangan Ibu dan Janin dalam Kandungan

Cara Merawat Bayi Yang Baru Lahir